signal from the deeP of mY HeaRt ^_^
“Tiada jenuh sang malam meniti rentetan kisah tentang Q. Sebuah hati dalam redupnya lentera hidup. Menyadari sepenuhnya, tak pernah diam,meski remuk redampun mampir tak pernah buatnya berhenti mencari elok dari kebaikan.
Masih mencoba percaya, meski nyata belum pernah terengkuh. Malah sakit, pedih, terpuruk karena hancur. Tapi sungguh, itu bukan salah Q. Kaupun harus tahu, tiada pernah datang sangka, tiadapun pernah elak untuk kucurkan rasa. Beri sebentuk sukma hanya torehkan lara.
Lantas kenapa lagi? Tersesalkah kau.
Sebentuk hati menunduk, bening dari sudut mata coklatnya mengucur basahi segenggam jiwa. Berkatapun dia “Hei, tahukah kau? Tuhan masih sayang, masih begitu baik, apapun itu,Q terima. Entah itu dikala senja Q, ataukah saat terbaring damai.
Yang Q tahu, aku masih senang mendengar riang bocah yang mengulum senyum disetiap kantung harta karunnya. Serombongan polos dengan gelak tawa. Kala itu, mendung yang hanya bertamu tersapu sapa si raja siang dengan genderang paginya membuka tabir malam.
Dan akankah engkau mencoba tegar, atau hanya berpura kuat??
Ketika kelana jiwa, digelangi terka, bimbang, keluh, angkuh, angkara, dan dusta penggrogot jantung peledak kromosom dan rusuk, iga sang dewi malam. Tenggelam disudut kerlip bintang semu ditajam biduk bersua sapa taburi.
Meski teduh tetap cerah, meski hujan tetap merekah melambai tebari kesejukan selagi ayam jantan berkokok turbin padam, lekat-lekatraja siang terbangun dari peraduan di ufuk timur. Selama lubuk masihmenerima dan pelukis masih menggoreskan tinta kehidupan.
Kerlip embun gutasi diujung daun hijau, pancar semburat masih keteduhan, kesejukan, lambai lembut datangnya hari baru, harap cerah, tanpa sayu, bahkan lepas penuh arung ceria.
Lekat-lekat padam, lekat-lekat turbin goa, batako yang masih liar, berlumut, hitam, penuh lendir tapi bernyawa meski terkubur masa lampau dan tertukar keringat bahkan nyawa halus merogoh angkasa disekap langit-langit kerap.
Terjegal hampa, tertuang dikanvas tapi tak terbaca, bukan pudar warna atau raib angka. Tapi buta bukan sekadar buta, hanya hati yang pinta dan asa jua yang tinggal labuh di kota nurangani dan selami kalbu-kalbu lirih gelap terang.
Dialur jalur, dipintal ikrar, tersungut pegal rongga sel yang menganga. Skeleton tercekal gemericik bunyi, hampir retak, jatuh, tertindih koral.
Dihampar trombosit merah padam, meletup insulin dan pepsin ingin merubah protein penguat sel penyangga jiwa telah limit. Hilang rasa dan khilaf, pudar di jalur bertubi dihentak , terjang pijar gaung nada. Terlanjur perih, pilu, penuhi badan … namun ingin indah temani hati sebab separuh jantung telah pamit. Mungkin jantung tak terganti tapi indah bakal melekati. Bukannya Ginjal Ada Dua, Hilang Satu Masih Hidup ???
------------------------------------------------------------------------------------------
Jika kamu memegang tangannya saat dia menangis,
Dia akan tinggal bersamamu sepanjang hidupmu.
Jika kamu membiarkannya pergi,
Dia tidak akan pernah kembali lagi menjadi dirinya yang dulu.
Selamanya….
Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Kecuali didepan orang yang amat dia sayangi.
Dia menjadi lemah.
Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Hanya jika dia sangat menyayangimu,
Dia akan menurunkan rasa egoisnya.
Lelaki, jika seorang wanita pernah menangis karena mu,
Tolong pegang tangannya dengan pengertian.
Dia adalah orang yang akan tetap bersamamu sepanjang hidupmu.
Lelaki, jika seorang wanita menangis karenamu.
Tolong jangan menyia-nyiakannya.
Mungkin karena keputusanmu, kau merusak kehidupannya.
-----------------------------------------------------------------------------------

Ketika
Ktk kau m'Rsa ykn dgn ht mu,
Ktk kau m'Rsa aq psti bs kau mLki,
Ktk kau m'Rsa hny 'kau yg bs m'bwt aq bhgia,
Ktk ituLh kau m'Bwt aq terikat, aq mjd bhgia terikat dg org yg m'CntQ
Krn Q jg m'Cnt dy
Ktk 'kau m'Rsa ragu dgn ht mu,
Ktk kau m'Rsa aq tak mgkn kau mLki,
Ktk kau m'Rsa kau tak mgkn bs m'bwt aq bhgia,
Ketika ituLh aq t'Luka & prgi krn jK kau tak bs m'YknKn drimu, kauPn takN bs mYknKn Q utk bs b'Sm,
Krn kYknN tu bs m'bwtQ dkt ato bhKn m'Jauh, b'Lalu & pergi..
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk Kekasih
Q akn m'Cnt mu dgn Lbh anggun&Lmbut,
Ckup dLm hT&dLm kSunyianQ,
Krn Cnt adL s'Buah k'IndhN dLm k'Sunyian,
Tak m'BeratKn atau m'Paksa,
Dgn seLaksa doa yg sLlu t'UcP dr bi2r Q,
Agr engkau bs m'tmuKn k'Bahagiaan mu &Lbh dkt dgn sang Pmilik cNt yg abadi, Rabb mu,,
Bs m'Peluk & m'Ciummu dgn HalaL sbg hakQ keLak adL k'Rinduan t'BesarQ saat ni..
kRinduan ni t'Kdg t'Llu bsr hingga m'Paksa perempuan ni m'nitiKn air mata..
Mski dHt b'Lecut Rsa igN m'MLki tP Q yKn jK qt adL jdH smw akn Lbh indh pd wktu'..
-------------------------------------------------------------------------------------
Aku Memikirkanmu
Aku Memikirkanmu,
Bukan karena kau malaikat
Maka aku tidak akan berpaling
Ketika sayapmu patah…
Aku menginginkanmu,
Bukan karena kau putih
Maka aku tidak akan beranjak
Ketika sucimu ternoda…
Aku membutuhkanmu,
Bukan karena kau matahari
Maka aku tidak akan terlelap
Ketika terangmu terbenam…
Aku menyayangimu,
Bukan karena satu dan seribu
Maka tidak ada alasan untuk meninggalkanmu
Sekalipun kau menjadi kosong…
Bukan karena kau malaikat
Maka aku tidak akan berpaling
Ketika sayapmu patah…
Aku menginginkanmu,
Bukan karena kau putih
Maka aku tidak akan beranjak
Ketika sucimu ternoda…
Aku membutuhkanmu,
Bukan karena kau matahari
Maka aku tidak akan terlelap
Ketika terangmu terbenam…
Aku menyayangimu,
Bukan karena satu dan seribu
Maka tidak ada alasan untuk meninggalkanmu
Sekalipun kau menjadi kosong…
---------------------------------------------------------------------------------------------
Jejak Kesunyian
Aku adalah seorang anak yang dilahirkan dalam sunyi dan bau anyir darah yang membanjir. Bapak dan ibuku telah hanyut dalam dentuman krisis kepercayaan. Sejak petir kepiluan datang di negeriku, tak pernah ku dengar sapaan ramah sang ibu yang begitu syahdu dan belaian sang ayah yang lembut.
Sejak hatiku berubah jadi batu, saat negeriku membuangku, saat masyarakat mengolok-olok aku, saat saudagar kaya itu mengelu-elukan dirinya dan mengagungkan dirinya.
Aku kian terpuruk dalam keheningan. Aku asing dalam bangsaku.terus terkucur seperti air bah, kotor, keruh, jijik, dan penuh dengan penyakit.
keliku-likuan hati dan kebimbangan jiwa ini terus mengekang kebebasanku. Aku ingin teriak, ingin luapkan ke langit, ke gunung, dank e laut, serta bebatuan yang berserakan: “Aku manusia, aku bukan benda yang hanya bisa diam. Selama ini mulutku tersumbat oleh ketidakadilan”.
Para bos dan tuan tanah yang selama ini mengaturku telah kalap, mereka ingin aku tutup mulut. Mereke ingin aku selalu hanyut dalam kebisuan abadi. Sungguh sebongkah kesalahan yang telah tertumpuk menjadi kerusakan moralku.
Tiang-tiangh ini sudah mulai rapuh oleh lumut-lumut dan jamur yang telah merusak sampai ke ulu hati. Getar-getar radikal yang meluapkan hati setiap insan, yang mengaku insan begitu hebat. Begitu kebal dan bersifat “ inersia” malas tuk pergi dari kemelut, karena telah hanyut dalam sudut-sudut pulut yang lengket oleh nafsu diri.
Terkapar dalam wewangian duniawi yang menggerogoti sanubari dan menebarkan racun kematian. Cemooh yang mereka berikan semakin mendorongku ke jurang kehinaan yang begitu gelap, sunyi, senyap, tanpa secercah cahayapun menemani.
Pintu itu, ya… pintu itu yang dahulu kubuka tanpa ketahui isinya, pintu itu telah membuatku dalam kenistaan. Lumpur yang hitam pekat telah melekat dalam setuap jengkal tubuhku. Begitu eratnya hingga begitu sulit ‘tuk dibasuh sekalipun dengan air dari tujuh mata air.
Orang terdekatku menganggap aku parasit dan hama pengganggu yang harus dibasmi. Setiap kudekati mereka berlalu dan pergi dari hadapku, seakan aku ini virus sumber malapetaka yang mengancam jiwa mereka. Hingga mereka harus menghindar dari hadapku.
Kini tinggalah aku seorang diri dalam selubung awan kelabu yang kian kelam. Kelambu-kelambu malam seakan penuh duri yang menusuk-nusuk nurani. Kealphaan diri dan keputus asaan yang mencambuk tubuhku hingga merah, penuh luka, dan menganga.
Nanah dari lukaku turut memperburuk rupaku. Jiwa dan badan telah lunglai oleh syahdunya lagu umpatan dan syair omelan penyair gadungan. Kesucian hati ini telah ternoda oleh nila yang memperkeruh leukosit lantas hemoglobin jadi porak poranda.
Tapi yang lain tetap tak perdulikan nasibku. “Kamu tahu kenapa?” Semua itu terjadi karena mereka telah berbaur dalam suara riuh rona setan-setan jalang yang melampaui batas kesadaran.
Dan … aku tetaplah segumpal darah yang tinggal di dada setiap insan, aku ingin bisa tersenyum oleh kehangatan budi seorang ikhwan dan pelukan akhwat yang damai. Aku ingin tinggal dalam setiap debaran keimanan yang tak luntur oleh zaman. “Kamu tahu kenapa?” Sebab aku hanya segumpal darah yang ada di dada setiap insane yang merindukan kedamaian dalam jejak kesunyianku.
(Ika Rahayu Merdekawati, 2004)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kaki Q yg kaku tRasa berat
Utk Q'LangkahKn m'Tapaki s'Buah p'JLnN
Bnyk hal yg telah m'Bwt Q m'LakuKn p'KorbanN
Nmn ituPun tak cKp utk m'Capai 7n Q..
Sbb yg Q cari adL s'Buah k'BahagiaN yg hakiki
Shg Nyawa Qpun hrs Q gadaiKn utk sang Maha Penguasa,
IniPun BLm cKp utk m'TemuKn yg Q cari,
BnrKh Tuhan akn m'Hargai dLm prosesQ ini??
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kisi Lain jiwa
Begitu peliknya liku hidup yang mengantar tiap jiwa ke jalannya masing-masing. Rencana-rencana masa depan mulai ditata. Tak jarang kemungkinan-kemungkinan terburuk dipertemukan oleh sebuah ke egoisan dan keinginan sesaat. Membedakan antara yang semestinya dan yang tak semestinyapun luput dari penjagaan hati nurani. Menjadikan mudah tergelincir di jalan licin nan berbatu. ”Begitukah yang dikisahkan oleh hidup?” Tanya seonggok jasad yang sedari tadi mencari dimana nafas itu berhembus.
Lain lagi dengan kias secarik kertas. Sebuah guratan pena warna-warni penuh selaksa pesan dari sang fikir mudah saja merajah silsilah waktu. Berdentum atau mungkin berdebam itu tak begitu penting. Telinga seolah tertutup riuh tepukan massa, begitu sumbang. Penat di rasa peluh diraga, letih bumbui dongeng si pemimpi. Hendak memabukan pujangga di atas altar kata-kata. “Mahsyur tak terelak”, semesta bergumam.
Pun dilingkar sang fajar muda semburat keemasan di timur, elok lagi anggun. “Pesona prameswari nan lekati primadona kampung, mawar kembang desa”, kata kekasih. Saat pelipismu mendekat di ubin batu, dan bibir manismu mengecup kain yang kau sebut sajadah. Tundukan jiwa rapuh. Obat dari kerinduan abadi. Sebuah romantisme subuh. Manis bak gulali.
Bukan hendak mengumbar erotisme hidup atau kesemuan cinta semata, namun aroma nafasmu getarkan sanubari selagi temaram. Menggugah sukma menyeru untuk membasuh perilaku zaman. Begitu dekatnya menginginkan sebuah keindahan diteriknya raja siang ketika tangan-tangannya mulai menghangatkan laut dan pegunungan, bukit dan lembahpun tak luput dari sapanya.
Kala itu, tangan-tangan mungil mulai menggapai-gapai pertiwi, mencari sebuah pegangan dan yang disebut sebuah hakekat. Ditengah bening yang terkadang mengalir tumpah diburitan negeri dan dikolong-kolong jembatan ibu kota. Masih menumpuk lapak-lapak asongan digenangan air got dan bekas banjir sana-sini. Belum lagi pemandangan renta menghinggapi di setiap sudutnya.
Masih ingatkah hari kemarin ketika bumi tiba-tiba bergoyang karena musik sumbang sang penguasa yang tak taat akan sebuah kepastiian dan aturan hakiki. Kemungkinan mereka memang lupa, ataukah mereka hanya sekedar ingin berpura melupakan kedurhakaannya. Berjutapun bening yang mengalir karena bumi telah lelah menanggung ulah manusia. Bukankah itu sebuah alasan yang tepat untuk menyadarkan setiap jiwa yang berjantung hati.
Begitu dihentak rasa, begitu berselimut luka, begitu berbaur nestapa barulah berbondong-bondong menyodorkan hati. Baik buruk hidup, gelap terangnya hidup direngkuh untuk kehidupan lain. Entah apa yang mereka maksudkan. Tentang sebuah kejadian ataukah perkara yang dibuat-buat untuk menaikkan reting dan pentingnya citra. Bukankah mereka telah memahami dan memaknai semua. Ataukah memang ini pekerjaan sambilan yang tetap menguntungkan yang ingin di untungkan. Entahlah, mungkin memang sebuah perjalanan yang harus di hadapi seperti pada pembukaan kalimat.
Kembali pada arti keindahan, mungkin memang hanya dengan dihempaskannya peristiwa barulah terlihat sebuah itikad baik. Apapun itu namanya, lihat, dengar, dan cobalah rasakan. Tidak dengan mata, telinga, atau lidah seperti mencicipi anggur yang marun, karena hanya saudagar kaya yang sanggup melakukan itu. Melainkan hanya dengan hati, karena bukan cuma saudagar yang punya. Malah orang yang miskin lebih kaya akan hal itu.
Ada sebuah alasan mengapa si minoritas yang disebut kelas bawah memiliki lebih banyak hati. Mereka lebih sering mendapat uji dan beragam masalah perut karena perut mereka sering kosong. Mereka kadang lebih pasrah dan legowo jadi mereka labih tahan uji. Coba saja bandingkan dengan mereka kaum kelas satu. Perut mereka terbiasa terisi penuh dengan makanan dari bakery terkenal atau mungkin koki yang sudah tersertifikasi. Mungkin salah satunya itu, tapi untuk lainnya rasakan sendiri toh yang berwujud tidak mungkin mengelabui pandang.
Jika
Jika seorang wanita menangis dihadapanmu,
Itu berarti dia tak dapat menahannya lagi.Jika kamu memegang tangannya saat dia menangis,
Dia akan tinggal bersamamu sepanjang hidupmu.
Jika kamu membiarkannya pergi,
Dia tidak akan pernah kembali lagi menjadi dirinya yang dulu.
Selamanya….
Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Kecuali didepan orang yang amat dia sayangi.
Dia menjadi lemah.
Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Hanya jika dia sangat menyayangimu,
Dia akan menurunkan rasa egoisnya.
Lelaki, jika seorang wanita pernah menangis karena mu,
Tolong pegang tangannya dengan pengertian.
Dia adalah orang yang akan tetap bersamamu sepanjang hidupmu.
Lelaki, jika seorang wanita menangis karenamu.
Tolong jangan menyia-nyiakannya.
Mungkin karena keputusanmu, kau merusak kehidupannya.
Saat dia menangis karnamu,
Lihatlah matanya….
Dapatkah kau lihat dan rasakan sakit yang dirasakannya?
Pikirkan….
Wanita mana lagikah yang akan menangis
dengan murni, penuh rasa sayang,
Didepanmu dan karenamu……
Dia menangis bukan karena dia lemah
Dia menangis bukan karena dia menginginkan simpati atau rasa kasihan
Dia menangis,
Karena menangis dengan diam-diam tidaklah memungkinkan lagi.
Lelaki
Pikirkanlah tentang hal itu...
Jika seorang wanita menangisi hatinya untukmu,
Dan semuanya karena dirimu.
Inilah waktunya untuk melihat apa yang telah
Hanya kau yang tahu jawabannya….
Pertimbangkanlah
Karena suatu hari nanti
Mungkin akan terlambat untuk menyesal,
Mungkin akan terlambat untuk bilang ‘MAAF’!!
People will forget what you said, People will forget what you did
But people will not forget, How you made them feel

Ketika
Ktk kau m'Rsa ykn dgn ht mu,
Ktk kau m'Rsa aq psti bs kau mLki,
Ktk kau m'Rsa hny 'kau yg bs m'bwt aq bhgia,
Ktk ituLh kau m'Bwt aq terikat, aq mjd bhgia terikat dg org yg m'CntQ
Krn Q jg m'Cnt dy
Ktk 'kau m'Rsa ragu dgn ht mu,
Ktk kau m'Rsa aq tak mgkn kau mLki,
Ktk kau m'Rsa kau tak mgkn bs m'bwt aq bhgia,
Ketika ituLh aq t'Luka & prgi krn jK kau tak bs m'YknKn drimu, kauPn takN bs mYknKn Q utk bs b'Sm,
Krn kYknN tu bs m'bwtQ dkt ato bhKn m'Jauh, b'Lalu & pergi..
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk Kekasih
Q akn m'Cnt mu dgn Lbh anggun&Lmbut,
Ckup dLm hT&dLm kSunyianQ,
Krn Cnt adL s'Buah k'IndhN dLm k'Sunyian,
Tak m'BeratKn atau m'Paksa,
Dgn seLaksa doa yg sLlu t'UcP dr bi2r Q,
Agr engkau bs m'tmuKn k'Bahagiaan mu &Lbh dkt dgn sang Pmilik cNt yg abadi, Rabb mu,,
Bs m'Peluk & m'Ciummu dgn HalaL sbg hakQ keLak adL k'Rinduan t'BesarQ saat ni..
kRinduan ni t'Kdg t'Llu bsr hingga m'Paksa perempuan ni m'nitiKn air mata..
Mski dHt b'Lecut Rsa igN m'MLki tP Q yKn jK qt adL jdH smw akn Lbh indh pd wktu'..
-------------------------------------------------------------------------------------
untuk kehidupan..
perlahan,
tapi pasti,
MUSNAH!!!
------------------------------------------------------------------------------------
BenaLu Senja
Kelana-kelana bisu, tergantung di akar lapuk. Tertunduk di sela cambuk, tersenyum pilu terbahak dahak ditusuk parang. Dikala muram dibelai sang malam. Terkubur di palung dan buritan terbelakang. Mengoyak sendu, terobos rakit senja.
Renta tak berguna, hanya pemandangan menopause yang bergulir warnai beribu duka, beribu sesal, hendak balikan waktu. Sialkan masa terang terganti kelabu.
Berang-berang tak muncul dari air. Ia seperti takut. Air ku keruh, cermin tak lagi fungsi. Sebab segurat kelakar licik begitu juga terlantun, tanpa malu dan berbisik. Seperti nada lagu dan kertas naskah yang mudah di hapal.
Keculasan demi keculasan terukir tanpa tahu siapa dan mengapa. Ulasan kisah lalu tak juga sadarkan jiwa, tak mampu bukakan mata, malah buat diri mematung dan tak bisa lepaskan hati. Hanya bathin dan lidah terus berselisih tak mampu pergi.
Kerlingan sang dewi malam sedikit terangkan raga-raga lelah dank ain reot yang masih melekati badan. Mulut menelan angin. Meringis menahan getir. Namun itupun belum cukup, sampai badanpun terhempas badai dan limbah pabrik berkarat.
Aneh memang. Tapi bukannya itu yang buatku asing. Jiwa lemah, hati patah dan rasa lelah hinggap di sisi lain. Kemarahan mengakar di rempelaku, membumbung di selat Labrador, perparah laraku. Lara karena jiwa, lara karena hancur, dan terpuruk karena raguku.
Kemunafikan kasih berpendar terang sampai lupa kebenaran. Merong-rong budi sang dermawan. Menyisir sang mentari. Dipelupuk mata dan gelaran Koran di ubin becek asongan.
Hanya dipecundangi harta, ditipu elok rupa, dikekang tali ikatan, terlilit di altar pengorbanan. Demi darah yang tinggal kucuran. Habislah keringat temani badan, hilang tak bertuan...