Teenleet 'n Story

everything that you do, everything that you will, all about everything...
it's you ^_^














lets check this...


-------------------------------------------------------------






Sparkle of Love 




owh ya...
kata orang tak kenal maka tak sayang, jadi sebelum aku berkisah aku ingin kalian tau tentangku walaupun hanya sekedar nama. Mungkin itu ga terlalu berarti bagi kalian, tapi bagiku akan sangat berarti karena dengan nama ini kalian dengan mudah bisa mengingatku. Sebut saja aku Ray. Nama itu memang lebih cocok untuk cowo tapi jangan salah, aku seorang perempuan yang begitu moody dan melankolis. Kurasa itu cukup untuk membuatku mampir sekejap di fikiran kalian meskipun nantinya aku tak bisa menyentuh hati kalian Dia,,, baiklah kumulai saja kisahku ini..



“Seandainya engkau bisa memberikan aku sebuah pilihan mungkin aku tak akan pernah merasa gagal menjadi kekasih dan aku masih bisa bersamamu..”


     Dia,entah siapapun dia. Kedatangannya dalam kehidupanku begitu tiba-tiba. Aku sempat menolaknya dan menyuruhnya pergi karena lukaku waktu itu begitu pedih, aku tak ingin kembali tersakiti. Namun ternyata pelan tapi pasti dia sanggup membuatku tersenyum, akupun mengakuinya karena pada awalnya perlakuannya itu terasa begitu manis. Itulah yang membuatku sanggup berpaling padanya. Saat itu aku memang begitu rapuh dan dia datang disaat yang tepat. Aku merasa tersanjung dan perlahan akupun mulai percaya. Yah… aku bisa kembali mempercayai seseorang lagi dari kaum adam, dan aku beranikan diri untuk belajar mencintainya.
    Entahlah, apa mungkin hanya perasaanku yang begitu mendramatisir keadaan atau apa?? Sungguh aneh kedengarannya, tapi aku merasa nyaman bersamanya. Sekali lagi, dia begitu manis dihadapku.  Aku memanggil dia AWANG, karena dia sanggup membuatku merasa bebas. Yang ku ingat adalah saat bersamanya aku bias tertawa begitu lepas dan keras, padahal selama ini aku sudah terlalu lama tak bias tertawa selepas itu, gila.. aku seperti mengenang keceriaanku ketika dulu semasa di SMP, dan aku tak perlu menjadi  wanita dewasa yang sok tegar.
     Memang jalan ini, begitu jauh dari fikirku selama ini. Aku yang semula begitu kaku memandang kehidupan dan mungkin aku tak akan pernah melihat sosok kehidupan yang sebenarnya, perlahan-lahan mulai mengerti bahwa kenyataan memang tak seperti yang aku bayangkan selama ini. Matakupun mulai terbuka melihat sebuah dunia yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Ketika mengenalnya, aku mengerti sebuah kenyataan, aku banyak belajar dari suatu ketidakmungkinan yang ternyata bisa menjadi mungkin. Tentang sebuah cashing yang dari luar tampak baik, belum tentu isinya juga baik.
     Sempat aku tertegun ketika aku berfikir, mendegar, bahkan melihat kehidupan nyata yang begitu real, yang begitu jauh dari bayangan gadis desa sepertiku. Selama ini aku merasa begitu naïf ketika pada akhirnya aku dihadapkan pada sebuah kenyataan yang ada pada zaman dimana kuberada sekarang. Katanya, aku terlalu lama tenggelam dalam dunia maya hingga aku tidak mengetahui seperti apa kehidupan yang tengah berjalan, aku terlalu lama bersahabat dengan buku-buku, tugas kuliahku, dan buku-buku yang selalu menjadi temanku, dia bilang aku pintar  tapi tak cukup pintar dalam memandang sisi lain kehidupan. 
     Sungguh, aku begitu takjub dan tersentak melihat kenyataan itu. Aku merasa miris pada diriku, padahal aku sudah lumayan lama hidup di dunia ini tapi ternyata selama ini ada sisi lain dari kehidupan yang tidak aku mengerti. Mungkin benar perkataannya, aku pintar tapi aku tak begitu pintar memahami kehidupan. Sebuah kehidupan yang tak pernah kumengerti sebelumnya. Akupun mulai mencoba mencari tahu apa itu, mencoba untuk mengerti, bahkan memahami apa, kenapa, mengapa, dan bagaimana itu terjadi???
    Sungguh, ketika aku mencoba memahami itu semua, ternyata hati ini tak bisa berbohong. Jiwa ini serasa menjerit melihat kenyataan itu. Sampai suatu ketika aku merasa begitu sakit dan mencoba untuk menyerah untuk memahaminya, karena bukannya aku semakin paham, melainkan semakin jauh dari garis yang tergambar di otakku selama ini. Fikirkupun mulai tak terarah, aku gundah. Ada setitik rasa yang tak pernah bisa kugambarkan karena sungguh berat untuk kusimpan di otakku yang ternyata sudah penuh sesak dengan makalah dan tugas-tugas kuliah yang menjadi kewajibanku. Tapi dilain sisi, aku merasa begitu beruntung karena aku dilahirkan dari keluarga biasa, yang tinggal di desa dan aku diberi sebuah kepercayaan dan tanggung jawab akan hidupku ini. Mengingat itu, akupun masih bisa tersenyum dan bersyukur.
     Entahlah, akupun tak mengerti, apa yang membuatku bertahan sejauh ini?? Apakah karena dahulu sikapnya terlihat begitu manis saat pertama ku mengenalnya dan berharap ia akan kembali seperti masa itu?? Apakah karena kau merasa nyaman didekatnya?? Ataukah karena semakin lama hatiku mampu menerima kekurangan dan kelebihannya??
Jika memang begitu, benarkah ini yang disebut mencintai seseorang??   Yah.. jika memang ini suatu kebenaran, kuharap perasaan ini tidak akan pernah membuat hatiku buta. Akupun harus mengingat sesuatu yang sangat penting, “AKU TIDAK AKAN PERNAH MENGGUNAKAN PERASAANKU UNTUK ORANG YANG TIDAK MEMILIKI PERASAAN”, karena sungguh jika menggunakan perasaan kepada orang yang tidak memiliki perasaan yang sama, maka hanya akan tersisa sebuah kehancuran yang begitu menyakitkan, dan aku tak akan pernah mau jatuh di lubang yang sama.
     Yah, memang benar ketika aku merasakan perasaan itu.. aku menjadi manusia yang paling tidak berdaya di dunia. Berfikirpun tak pernah lepas dari ingatan tentangnya, begitupula ketika melakukan suatu hal, selalu berusaha menerka apa yang sedang dilakukannya, dan yang paling menyedihkan adalah ketika merindukan kehadirannya, terasa amat menyakitkan..
    Perasaan ini begitu sukar untuk dibendung, padahal aku sudah berusaha menahan hatiku, karena sekali lagi aku hanyalah seorang penakut yang takut jatuh di lubang yang sama. Mungkin hal seperti itulah yang sepantasnyalah aku buang jauh-jauh dari otakku dan seharusnya aku bahagia karena Tuhan masih memberiku perasaan itu. Sebuah perasaan yang disebut cinta dan itulah anugerah terindah yang sepantasnya aku syukuri..
Memang, ketika sebuah kebenaran hati terungkap semua tak akan pernah bisa berdalih untuk menghapusnya begitu saja. Namun, kemarin ketika aku sedang begitu memuja kehadirannya meskipun itu kusimpan rapat-rapat dalam hatiku, sebuah petir datang begitu pagi dan mengoyak hatiku. Sejak itulah, aku kembali meragu, meski aku tak sungkan lagi menyatakan aku mencintainya karena dia mencintaiku, tapi kepercayaanku padanya mulai luntur.
     Mungkin tak sepantasnya aku berfikir untuk merelakannya pergi kapanpun waktu itu terjadi karena sesungguhnya aku berharap dia akan tinggal dan mampu menjadi tempatku bersandar dari kerasnya kehidupan yang pasti mendera setiap insane, termasuk aku. Akan tatapi ada sebuah alas an dimana aku harus mempersiapkan hati untuk merelakan sesuatu yang mungkin amat sangat berarti di hidupku apapun itu.
      Aku sadar di dunia ini tidak ada sesuatu hal pun yang akan abadi, semua hanya titipan, dan aku mungkin hanya sekedar mampir sekejap dalam sepenggal cerita hidup yang sampai saat ini masih terus kujalani sebaik mungkin hingga suatu saat nanti akupun tak luput dari kuasa sang Maha Pencipta untuk di ambil kembali.
Ketika aku mulai mengingat kenyataan itu, aku semakin merasa aku bukanlah siapa-siapa, aku hanya sesosok mahluk yang amat kecil dihadapaan Sang Pencipta. Namun kenyataan itulah yang terkadang membuatku lebih bersemangat untuk hidup dan membesarkan impian-impianku sebesar dunia ini, dan bagiku bukanlah hal yang tidak mungkin untuk membut semua menjadi sebuah kenyataan, karena sebuah keyakionan.  
     Dan ada sebuah keanehan tersendiri yang kurasakan tentang dirinya. Walaupun ada beberapa hal yang membuatku meragu dan tak kukira sebelumnya, aku tak sanggup menepis sebuah gambaran yang tampak dari bawah sadarku tentang menikmati matahari pagi bersama dan melepas senja di sampingnya. Sungguh, sebuah hal yang tak pernah kuduga akan menghampiriku di alam perasaanku. Aku tak pernah memerintahkan khayalan itu ada, aku juga tak pernah menyangka gambaran-gambaran tentang kebersamaan itu bias hadir begitu saja tanpa ku perintahkan. Itulah yang semakin membuatku tak mengerti. Lagi-lagi aku berharap pada sesuatu yang datang tanpa aku tahu apa maksud dari semua itu. Aku hanya tahu, alangkah indah jika aku memang bias bahagia dengan orang yang ku kasihi.
…aku masih ingat ketika harus kehilangan sebuah kebersamaan yang tak pernah kurelakan keberadaannya. Aku juga pernah merasakan betapa rasa sakit menghinggapi hati dan seluruh tenagaku seperti lenyap, saat itu yang kurasa hanyalah sebuah kebisuan abadi yang tak pernah aku sadari apa itu sebenarnya. Sekarang, aku tak ingin mendapati peristiwa yang sama seperti dulu lagi. Aku ingin menggapai sebuah kasih yang benar-benar mengasihiku, sebuah rasa yang benar-benar sanggup membuat aku terbelenggu dan sebuah jiwa yang memang benar-benar menginginkanku.
      Aku memang manusia yang ingin selalu bebas dan merdeka menentukan jalan hidupku tapi aku lebih bahagia jika aku terikat atas nama kesungguhan dan kasih. Akupun merasa lebih berarti ketika seseorang datang ditengah kebimbanganku dan dengan kesungguhannya dia menjadikan aku orang yang paling berarti dalam kehidupannya, orang yang harus ia miliki dan ia kasihi. Karena hanya aka nada satu hal yang kulakukan, aku pasti akan setia dan belajar mencintainya dengan kesungguhanku. Mungkin bagi yang tidak tahu tentang aku pasti akan bertanya-tanya “Mengapa demikian?”
     Ya.. jawabannya hanya satu, karena sesungguhnya dalam keterikatan itu aku bebas. Aku bebas sebelum matahari hari ini, aku bebas sebelum bintang malam mini, dan akupun bebas ketika tak ada matahari dan bintang karena aku terikat pada seseorang yang mencintaiku karena akupun mencintainya…
karena pada saat itu aku bebas mencintai dan memiliki dia seutuhnya, hanya untukku. Walau kehidupan kadang tak seperti yang diharapkan, akan tetapi semua pasti akan menjadi lebih baik, lebih indah, dan lebih adil. Menerima kehidupan apa adanya dan berusaha untuk selalu berfikir positif pada sang maha Pencipta bahwa Dia pasti akan memberikan yang terbaik untukku adalah sebuah kekuatan yang paling hebat yang selama ini mampu menguatkanku untuk selalu tersenyum dan bertahan dalam kisah ini.                                                                     
Namun entahlah, sekarang aku tak pernah tahu keberadaan hatinya…Mungkin itu tepat kukatakan dari dasar hatiku yang paling dalam. Ketika sebuah kebenaran yang entah kapan akan terungkap. Sebenarnya akupun tak menginginkan untuk mengungkap semua hanya dalam sebuah kebisuan atau bahkan sebuah kepasrahan yang tak pernah ada kepastian. Sunguhpun hati ini kelak pergi dan entah kemana, hanyalah hati ini yang tahu. Namun yang terlintas difikir kenapa sering tak sejalan dengan logika yang begitu hingar-bingar oleh gemerlap lampu neon-neon kapitalis.
    …dia, dalam sapaan senja. Gulita malampun kian temani temaramnya kerlipan mata yang sedari tadi terbuka, mengatup perlahan, sedemikian sendunya. Masih mengingat jejak semalam. Tinggalah sisa nafas berdebu meski masih hangat..
      Apakah difikirnya masih ada aku? Apakah dihatinya masih tertanam lekat perasaan itu? Apakah wajahku masih terngiang di batang otaknya???
      Betapapun aku harus mengingat rasa itu, ada seberkas bahagia, namun.. ada sekilas pedih yang begitu saja tertoreh karenanya. Adakah segumpal hati ini  menemukan pemilik tulang rusuk itu?? Adakah indah dapat diraih? Adakah surya melengkapi senja di ufuk lembah? Meskipun ingin menyerah, bahkan sempat menyerah, dan ingin segera pergi melepas sejuta rasa sakit, pedih, dan kepahitan hidupku..
     Ini kah sebuah kisah yang harus tertoreh? Aku tak pernah tahu kapan, menganpa, dan kenapa?? Semua mengalir begitu cepat, begitu lekat dan semakin deras ombak itu menangkapku..Seolah aku begitu mudah terjangkau oleh tangan kekarmu. Ketika tuhan mempertemukan kita,, Membuat kita saling mengenal,, Menumbuhkan rasa berbeda,, Begitu cepat kau menyatakan hatimu,, Memilikiku semaumu,, Karena kau mencintaiku,, Membuatku merasa aku adalah milikmu,, Karena sebuah perasaan,, Aku tersanjung karena hatimu,, Karena dipertahankan, namun aku sedih.. Aku engkau miliki, namun aku tak dapat merasakan engkau adalah milikku.. aku seperti sendiri, aku seperti tak memilikimu karena kamu entah .. kau yang tak pernah tahu atau memang tak pernah mau tahu..




Dan sesungguhnya,
Ketika aku mengenalmu,
Bersamamu karena cintamu,
Sebenarnya aku ingin menjadi bagian dari hidupmu,
Aku ingin mencintaimu karena Alloh SWT,
Karena Dia-lah yang mempertemukan kita,
Membuat kita saling mengenal,
Membuatmu mengejarku,
Membuatku bertahan karena cintamu,
Membuatku belajar mencintaimu karena cintamu,
Dan…
Dalam sadarku akupun larut, meskipun mencoba pasrah,,
Karena Dia yang mempertemukan kita dan Dia-lah yang mampu mengakhiri semuanya..

 ***


---------------------------------------------------------------------------------



Fajar di Kaki Langit






Hari ini kembali kusapa sangmentari yang selalu memberiku semangat menapaki hari-hariku, ketika nafasku mulai sesak oleh debu jalanan kemarin. Aku juga masih mencoba menahan dinginku dengan sweater yang kulekatkan erat-erat di tubuhku yang mungkin bisa dibilang agak bongsor ini. Memang, ukuran tubuhku ini lebih tinggi dari tubuh teman sebayaku di kelas 3 SMP.
Ketika kumulai menghela nafas ku di pagi yang makin hangat ini, tiba-tiba dari arah belakang di sudut pintu rumahku terdengar suara sapaan lembut memanggilku. Senyumnya begitu hangat, sehangat peluknya saat ku terluka. “Andrean, cepat sarapan pagi. Kalau tidak bergegas nanti telat saying”. Ya, dialah orang yang paling kucintai dan satu-satunya orang yang kumiliki di dunia ini. “Ya mama, sebentar.Andrean pasti sarapan”. Aku menoleh dan masuk menyambut panggilan orang yang paling ku sayangi itu.
Mungkin bagi orang lain itu adalah rutinitas biasa sebelum berangkat sekolah, tapi tidak begitu bagiku. Itu semua adalah anugerah terindah yang tuhan beri untukku. Aku masih bias menikmati pagi ini, bagkan sarapan pagi bersama ibuku. Meski sederhana tapi bagiku itu adalah kebahagiaan yang tidak tergantikan. Setelah tragedy Meulaboh 5 tahun yang lalu, entah ada berapa anak lagi ditempatku yang bias menikmati sarapan pagi dengan ibu mereka. Bahakan aku masih ingat tangisan bocah dikerumunan dan reruntuhan rumah mereka. Bocah kecil tak berdosa yang mencari orang tuanya, terpisah, bahkan menjerit melihat bagian tubuh yang berserakan di atas lumpur.
Hal ini masih begitu nyata bagiku. Saat gelombang itu datang menyapu desaku. Sungguh begitu membekas, hingga aku seorang Andrean, bocah laki-laki yang biasa disebut anak pantai menjadi sangat takut dengan laut. Bagiku laut itu menakutkan. Maka, beruntunglah aku yang sekarang ini.
Sekarang yang kuingat hanya satu hal, tempat dimana kakiku berpijak saat ini. Ajibarang, sebuah kota kecil di Jawa Dwipa adalah tempat tinggalku sekarang. Memang tempat ini tidak seperti kampung halamanku. Budaya disini juga berbeda. Namun, entah mengapa aku betah tinggal disini. Aku merasa nyaman melangkahkan kakiku. Aku tidak lagi melihat ombak bergemuruh disertai angin menderu-deru, menerbangkan atap rumahku. “Ah…”. Sejenak aku merenung dan bergegas menghampiri ibuku yang begitu sabar menantiku di meja makan.
Dengan lahap kumakan sepiring nasi goreng dan telur mata sapi buatan ibuku. Meski sederhana, tapi untukku sangatlah istimewa karena dibuat dengan cinta. Tanda kasih dari seorang ibu yang tak akan pernah luluh oleh zaman.
Sembari makan kupandangi wajah ibuku. Kantung dan lingkar mata yang mulai mengitam. Keriput wajah yang mulai tampak disana-sini. Badan yang mulai kuyu dan kepayahan. Mungkin karena fikiran dan air matanya telah terkuras untuk menjagaku tanpa keluarga lengkap. Ayahku telah menghilang ketika peristiwa naas itu terjadi, saat menunaikan tugasnya mencari nafkah di laut. Kasihan ibuku, badannya mulai renta. Kecapaian sedikit, influenza dan ISPA gampang hinggap di badannya. Entah kapan Andrean kecil ini bisa menjadi seorang dokter sehingga ibuku tak perlu menderita begini.
“Bu, Andrean berangkat ya. Assalamu’alaikum…”. “Wa’alaikumussalam, baik-baik di sekolah ya. Jangan pernah mengecewakan ibumu ini nak”. Aku selalu menyimpan lambaian ini lekat-lekat di otakku agar sewktu-waktu bisa membuatku yang sedang malas menjadi lebih bersemangat. “Ibu, andrean sungguh-sungguh mencintaimu. Andrean tidak akan pernah mengecewakanmu.
Detik waktu mulai merambah siang. Hari-hari yang kulalui bersama sahabatku yang begitu berarti dan mengerti kondisiku saat ini kujadikan sesuatu yang spesial dan harus direkam sebagai kenang-kenangan dimasa tuaku kelak.
Aryo, salah satu sahabat yang begitu berharga bagiku. Dia mulai menceritakan suatu hal padaku. Biasa, problematika sejoli yang sedang dimabuk cinta. Mungkin cerita itu benar, karena sebelumnya aku belum pernah jatuh cinta dengan lawan jenisku.
Disaat tman-teman sedang mencari cara mengejar teman sekelasnya atau adik kelas yang manis dan cantik untuk digoda, aku lebih memilih mengaduk-aduk isi perpustakaan. Bagiku waktu begitu berharga jika hanya digunakan untuk bermain dan melakukan hal-hal tidak berguna yang menguras energiku saja. Mungkin, jika aku dari keluarga berada aku bisa saja seperti mereka. Tapi alhamdulillah, aku adalah anak biasa dari keluarga biasa.
Besok adalah hari ulang tahunku. Aku tidak berharap mendapatkan kejutan berupa hadiah mahal dari orangtuaku dan teman sekolahku yang berpunya karena sekali lagi aku sadar, aku hanya orang biasa.yang terlintas dibenakku adalah, “Aku ingin merubah hidupku, hingga ibuku bisa tersenyum bangga melihatku”.
Sebelum tidur, Andrean menutup buku harian coklatnya, peninggalan ayahnya di ulang tahunnya yang ke-13. dilihatnya kembali foto yang terselip dibagian depan buku itu. Adaseorang anak kecil, tersenyum diantara pangkuan ayah dan ibunya. Airmata Andrean kembali meleleh di pipinya. Dipeluknya buku itu sambil memejamkan mata dipembaringan. Pelan-pelan ia telah memasuki alam bawah sadarnya, kemudian hanyut dalam samudera mimpi hingga fajar berseri mengganti gulita sangmalam.
Karena ini tentang hidup dan perjuangan. Tentang sebuah nama dan cinta, terpatri dalam jiwa anak manusia yang mendamba kebaikan dari sebuah kebahagiaan. Untuk melangkahkan kakinya di sela sangfajar. Menggantungkan hidupnya dalam sebuah harap, untuk sebuah kehidupan.
Kemudian, fajarpun menaklukan malam dan memulai harinya. Tatapan kosong telah hilang. Andreanpun tersentak dalam sadarnya. Ia mulai membuka matanya lebar-lebar. Buku harian coklat itu masih ada dipelukannya. Isinya masih sama, fotopun masih ada. Namun sekeliling telah berubah. Andrean bukanlah Andrean yang dulu. Sekarang di kamar itu adalah dokter Andrean dengan kumis di wajahnya.
“Sudah 25 tahun berlalu sejak saat itu. Ibu telah lama pergi meninggalkanku 5 tahun lalu. Tapi setidaknya aku mampu membuatnya tersenyum lega sebelum ia pergi. Ibu, terimakasih untuk semua yang telah kau beri. Tanpamu, Andrean ini hanyalah anak penakut yang selalu menelungkup ketika melihat deburan ombak dan menutup hidungnya ketika mencium bau laut.
Namun inilah hidup, Dr. Andrean Sitohung telah melalui titik terendah kehidupannya. Inilah, tentang mimpi masa kecil yang selalu hadir dalam setiap malamnya. Adalah mimpi yang haakan selalu hadir dalam setiap kenangan yang akan selalu memberinya inspirasi untukmengabdikan kehidupannya sebagai ujud cinta dan kasihnya untuk selalu mencoba memberikan harapan tentang kehidupan. Tentang fajar di kaki langit yang menyapu malam.
4 Februari 2009
(Untuk sebuah perjuangan hidup)